Konflik Palestina - Israel adalah salah satu konflik terpanjang dan terkompleks dalam sejarah dunia modern. Konflik ini melibatkan berbagai faktor, seperti agama, etnis, nasionalisme, politik, dan hak asasi manusia. Konflik ini juga berdampak pada stabilitas dan keamanan kawasan Timur Tengah dan dunia. Bagaimana sebenarnya konflik ini bermula? Artikel ini akan memberikan wawasan mendalam tentang sejarah konflik Palestina - Israel dari akhir abad ke-19 hingga saat ini.



Latar Belakang Konflik Palestina - Israel

Konflik Palestina - Israel tidak bisa dipisahkan dari sejarah wilayah Palestina, yang merupakan bagian dari Kekaisaran Ottoman hingga Perang Dunia I. Wilayah ini memiliki nilai strategis dan religius bagi tiga agama monoteis, yaitu Islam, Kristen, dan Yahudi. Wilayah ini juga menjadi tempat lahirnya Nabi Muhammad, Yesus Kristus, dan Nabi Musa.


Pada akhir abad ke-19, muncul gerakan Zionisme di Eropa, yang merupakan nasionalisme Yahudi yang ingin mendirikan negara Yahudi di tanah leluhur mereka, yaitu Palestina. Gerakan ini dipicu oleh diskriminasi dan antisemitisme yang dialami oleh kaum Yahudi di Eropa. Gerakan Zionisme mendapat dukungan dari Inggris, yang mengeluarkan Deklarasi Balfour pada tahun 1917. Deklarasi ini menyatakan bahwa Inggris mendukung pembentukan “tanah air nasional” bagi Yahudi di Palestina.


Setelah Perang Dunia I, Inggris mendapat mandat dari Liga Bangsa-Bangsa untuk mengurus wilayah Palestina. Inggris kemudian memfasilitasi imigrasi Yahudi ke Palestina, yang menimbulkan ketegangan dengan penduduk Arab Palestina yang mayoritas Muslim. Konflik antara kedua kelompok ini semakin meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah imigran Yahudi dan tuntutan mereka untuk mendapatkan tanah dan otonomi.


Pembagian Palestina dan Perang Arab-Israel

Pada tahun 1947, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengusulkan rencana pembagian Palestina menjadi dua negara merdeka, yaitu negara Yahudi dan negara Arab. Rencana ini diterima oleh para pemimpin Yahudi, tetapi ditolak oleh para pemimpin Arab Palestina dan negara-negara Arab lainnya. Mereka menilai bahwa rencana ini tidak adil dan melanggar hak-hak rakyat Palestina.


Pada tanggal 14 Mei 1948, ketika mandat Inggris berakhir, pemimpin Yahudi David Ben-Gurion mendeklarasikan berdirinya negara Israel. Deklarasi ini memicu perang antara Israel dan negara-negara Arab tetangganya, yaitu Mesir, Yordania, Suriah, Lebanon, dan Irak. Perang ini dikenal sebagai Perang Arab-Israel 1948 atau Perang Kemerdekaan Israel.


Perang ini berakhir dengan gencatan senjata pada tahun 1949. Hasilnya, Israel berhasil menguasai sebagian besar wilayah yang direncanakan oleh PBB untuk negara Yahudi, serta sebagian wilayah yang direncanakan untuk negara Arab. Sementara itu, Yordania menguasai Tepi Barat (termasuk Yerusalem Timur) dan Mesir menguasai Jalur Gaza. Perang ini juga menyebabkan pengungsian lebih dari 700 ribu orang Palestina dari wilayah yang dikuasai oleh Israel.


Perang Enam Hari dan Pendudukan Israel

Pada tahun 1967, ketegangan antara Israel dan negara-negara Arab kembali meningkat karena isu-isu seperti pengungsi Palestina, akses ke air sungai Yordan, navigasi di Teluk Aqaba, dan aliansi militer antara Mesir dan Suriah. Pada tanggal 5 Juni 1967, Israel melancarkan serangan udara mendadak terhadap pangkalan-pangkalan udara Mesir, yang memulai perang yang dikenal sebagai Perang Enam Hari.


Dalam waktu enam hari, Israel berhasil mengalahkan pasukan-pasukan Arab dan menguasai wilayah-wilayah yang sebelumnya dikuasai oleh Mesir, Yordania, dan Suriah. Wilayah-wilayah ini adalah Jalur Gaza, Tepi Barat, Yerusalem Timur, Semenanjung Sinai, dan Dataran Tinggi Golan. Israel kemudian mendeklarasikan Yerusalem sebagai ibu kota negaranya, meskipun hal ini tidak diakui oleh komunitas internasional.


Pendudukan Israel terhadap wilayah-wilayah Arab ini menimbulkan berbagai masalah, seperti pelanggaran hak asasi manusia, pembangunan permukiman Yahudi, penghambatan pembangunan ekonomi dan sosial Palestina, dan perlawanan bersenjata dari kelompok-kelompok Palestina. Salah satu kelompok yang paling aktif dalam melawan pendudukan Israel adalah Hamas, yang didirikan pada tahun 1987 sebagai sayap militer dari Gerakan Perlawanan Islam (Ikhwanul Muslimin) di Palestina.


Proses Damai dan Konflik Terkini

Sejak tahun 1970-an, telah dilakukan berbagai upaya untuk mencari solusi damai bagi konflik Palestina - Israel. Salah satu upaya yang paling signifikan adalah Perjanjian Damai Camp David pada tahun 1978, yang menghasilkan perjanjian damai antara Israel dan Mesir. Perjanjian ini menyepakati pengembalian Semenanjung Sinai kepada Mesir dan pengakuan Mesir terhadap Israel sebagai negara berdaulat.


Upaya lain yang penting adalah Perjanjian Oslo pada tahun 1993, yang merupakan perjanjian sementara antara Israel dan Organisasi Pembebasan Palestina (PLO). Perjanjian ini menyepakati pembentukan Otoritas Nasional Palestina (ONP) sebagai pemerintahan sementara di Jalur Gaza dan sebagian Tepi Barat. Perjanjian ini juga menyepakati prinsip-prinsip dasar untuk negosiasi akhir mengenai isu-isu seperti status Yerusalem, pengungsi Palestina, perbatasan, keamanan, dan hubungan diplomatik.


Namun, proses damai ini mengalami berbagai hambatan dan tantangan, seperti kekerasan dari kedua belah pihak, ketidakpercayaan politik, perselisihan internal, campur tangan dari pihak ketiga, dan perubahan kondisi lapangan. Hingga saat ini, belum ada solusi akhir yang dapat diterima oleh kedua belah pihak. Konflik Palestina - Israel masih berlangsung dengan berbagai bentuk, seperti serangan roket, serangan udara, demonstrasi, bentrokan, pembunuhan, penangkapan, dan sanksi.


Penutup

Konflik Palestina - Israel adalah konflik yang kompleks dan berkepanjangan. Konflik ini bermula dari persaingan atas wilayah Palestina antara Yahudi dan Arab sejak akhir abad ke-19. Konflik ini kemudian berkembang menjadi perang antara Israel dan negara-negara Arab tetangganya sejak tahun 1948. Konflik ini juga melibatkan pendudukan Israel terhadap wilayah-wilayah Arab sejak tahun 1967. Konflik ini juga melibatkan proses damai yang belum berhasil mencapai solusi akhir hingga saat ini.


Konflik Palestina - Israel memiliki dampak yang besar bagi kedua belah pihak maupun bagi kawasan Timur Tengah dan dunia. Konflik ini menimbulkan korban jiwa, kerusakan materiil, pelanggaran hak asasi manusia, pengungsi, ketidakstabilan politik, ketegangan regional, dan ancaman keamanan global. Konflik ini juga menyangkut nilai-nilai religius, etnis, nasionalis, politik, dan humanis.


Untuk menyelesaikan konflik ini, diperlukan komitmen dan kesediaan dari kedua belah pihak untuk menghormati hak-hak dan kepentingan masing-masing. Diperlukan juga dukungan dan mediasi dari komunitas internasional untuk menciptakan kondisi yang kondusif bagi dialog dan negosiasi. Diperlukan juga edukasi dan pemahaman yang luas bagi masyarakat dunia tentang sejarah dan realitas konflik Palestina - Israel.


  • [Deklarasi Balfour]: https://www.britannica.com/event/Balfour-Declaration
  • [Rencana Pembagian Palestina]: https://www.britannica.com/event/United-Nations-Partition-Plan
  • [Perang Arab-Israel 1948]: https://www.britannica.com/event/Arab-Israeli-wars
  • [Pengungsi Palestina]: https://www.unrwa.org/who-we-are
  • [Perang Enam Hari]: https://www.britannica.com/event/Six-Day-War
  • [Hamas]: https://www.cfr.org/backgrounder/hamas